Sabtu, 28 Juli 2012

menjelang ultahku

ku ingin jika tiba pada hari ultahku,,, akan banyak kejutan dan doa2 dari teman, pacar atawpun dari family karena tak ada hadiah terinda dalam hidupku selain doa dari mereka yang selau ku sayang I Love all........

Japan was struck by a magnitude 8.9 earthquake off its northeastern coast Friday, unleashing a 13-foot (4-meter) tsunami that washed away cars and tore away buildings along the coast near the epicenter. There were reports of injuries in Tokyo.
In various locations along Japan's coast, TV footage showed massive damage from the tsunami, with dozens of cars, boats and even buildings being carried along by waters. A large ship swept away by the tsunami rammed directly into a breakwater in Kesennuma city in Miyagi prefecture, according to footage on public broadcaster NHK.
            Officials were trying to assess damage, injuries and deaths from the quake but had no immediate details. The quake that struck at 2:46 p.m. was followed by a series of powerful aftershocks, including a 7.4-magnitude one about 30 minutes later. The U.S. Geological Survey upgraded the strength of the first quake to a magnitude 8.9, while Japan's meteorological agency measured it at 7.9.

            The meteorological agency issued a tsunami warning for the entire Pacific coast of Japan. NHK was warning those near the coast to get to safer ground.
The Pacific Tsunami Warning Center in Hawaii said a tsunami warning was in effect for Japan, Russia, Marcus Island and the Northern Marianas. A tsunami watch has been issued for Guam, Taiwan, the Philippines, Indonesia and the U.S. state of Hawaii.
 The quake struck at a depth of six miles, about 80 miles  off the eastern coast, the agency said. The area is 240 miles  northeast of Tokyo.
            In downtown Tokyo, large buildings shook violently and workers poured into the street  for safety. TV footage showed a large building on fire and bellowing smoke in the Odaiba district of Tokyo. In central Tokyo, trains were stopped and passengers walked along the tracks to platforms.
          The ceiling in Kudan Kaikan, a large hall in Tokyo, collapsed, injuring an unknown number of people, NHK said. Footage on NHK from their Sendai office showed employees stumbling around and books and papers crashing from desks. It also showed a glass shelter at a bus stop in Tokyo completely smashed by the quake and a weeping woman nearby being comforted by another woman. Several quakes had hit the same region in recent days, including a 7.3 magnitude one on Wednesday.
               Thirty minutes after the quake, tall buildings were still swaying in Tokyo and mobile phone networks were not working. Japan's Coast Guard has set up task force and officials are standing by for emergency contingencies, Coast Guard official Yosuke Oi said.
                                  (Taken from The Jakarta Post, March 11, 2011)




Instruction :
A.  Please Read the reading passages above comprehensively
B. Answer the provided questions
C. Please translate into Indonesian the reading passages

The Questions number B.
Answer the following questions correctly.
1 With what topic is the passage primarily concerned?
A.  the issue of a tsunami warning
B.  the tsunami in Japan
C.  the earthquake in Japan
D.  the injuries  of tsunami 

2. How many a depth  did  the quake strike in  northeast of Tokyo?
A.  160 kilometres
B.  480 kilometres
C.  380 kilometres
D.  125 kilometres

3. What do you think about the cause of tsunami ?
 A. Active volcano
B. Volcanic eruption
C. Tectonic earthquake
D. Volcanic earthquake

4.. The phrase “ washed away” in line 2  could be best replaced by which of the following.
A. carried away
B. brought away
C. pushed away
D. carried out

5.   All of the following are stated in paragraph 3 of this passage, EXCEPT
A.   The agency of meteorological  issued a tsunami caution for the entire Pacific coast
       of Japan.
B.  NHK was warning people near the coast to get to safer ground
C.   The tsunami was in effect for Japan, Rusia, Marcus island, and Indonesia
D.    The quake struck at a depth of six miles, about 80 miles.

6. The word  “ footage” in line  is closest meaning to
A. printed information
B. video recording
C. picture series
D. report

permanganometri



NDAHULUAN

I.1.       Latar Belakang
                        Salah satu cara pemeriksaan kimia adalah titrimetri atau volumetri, yaitu analisis kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasi)-nya telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Analisis titrimetri ini masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Keterbatasam metode ini adalah bahwa metode titrimetri kurang spesifik. Berdasarkan reaksi kimia yang terjadi, analisis titrimetri dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu reaksi asam-basa (asidi-alkalimetri/netralisasi), reaksi pengendapan, reaksi pembentukan kompleks atau kompleksometri, dan reaksi oksidasi-reduksi (redoks) (Anonim : 2009b).
                        Reaksi redoks dan asam basa memiliki keadaan yang sama, karena keduanya sering digunakan dalam banyak praktek kimia. Konsep penting secara perlahan mulai dikembangkan, misalnya bilangan oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), Penyusunan komponen reaksi oksidasi-reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara intelektual. Titrasi pada reaksi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dengan analit.
                        Salah satu contoh reaksi oksidasi reduksi adalah metode permanganometri. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat. Titrasi ini merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan tertentu. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.

I.2.       Maksud dan Tujuan
I.2.1.    Maksud Percobaan
                        Maksud dari percobaan permanganometri yaitu untuk mengetahui pembakuan KMnO4 0,1 N dengan natrium oksalat dan penetapan kadar FeSO4. 
I.2.1.    Tujuan Percobaan
  1. Untuk mengetahui normalitas Na2C2O4 .
  2. Untuk mengetahui normalitas FeSO4
  3. Untuk mengetahui kadar FeSO4
I.3.       Prinsip Percobaan
                        Adapun prinsip dari percobaan permanganometri adalah dengan melihat perpindahan elektron (reaksi redoks) dengan ion MnO4 sebagai oksidator kuat (Gandjar, I.G : 2007)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1.     Dasar Teori
                        Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas reaksi oksidasi ion permanganat (Wunas,Y : 2011). Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat dapat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
                        Pereaksi kalium permanganat merupakan pereaksi baku sekunder.  Kalium permanganat sukar diperoleh secara murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang digunakan mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dan membentuk mangan dioksida. Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat.
                        Penetapan kadar zat ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Pembuatan larutan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2 disaring. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4 (Anonim, 2009a).
                        Dalam suasana asam atau [H+] ≥ 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi :
            MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51 Volt                
            Dalam suasana netral, ion permanganat mengalami reduksi menjadi mangan dioksida seperti reaksi berikut :
            MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O Eo = 1,70 Volt
            Dan dalam suasana basa atau [OH-] ≥ 0,1 N, ion permanganat akan mengalami reduksi sebagai berikut:
            MnO4- + e- MnO42- Eo = 0,56 Volt
            (Svehla, 1995).
                        Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :
            2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
            dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil mengocok terus-menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini untuk membakukan kalium permanganat dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam (Basset, 1994).
                        Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam yang baik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan timah (II) klorida. Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik.
                        Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti :
  1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
  2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. (Anonim : 2009a)

II.2.     Uraian Bahan
  1. Besi (II) sulfat (Dirjen POM : 1979 )
                  Nama resmi          : Ferrosi sulfas
                  Nama lain             : Besi (II) sulfat
                  RM/BM                : FeSO4/151,90
                  Kandungan           : Mengandung tidak kurang dari 80% dan tidak
                                               Lebih dari 90% FeSO4.
                  Pemerian               : Serbuk, putih, keabuan rasa logam, sepat
                  Kelarutan              : perlahan-lahan larut sampai sempurna dalam
                                                  air bebas CO2 P
                  Khasiat                 : Anemia defesiensi besi
                  Kegunaan             : Sebagai sampel
                  Penyimpanan        : dalam wadah tertutup baik

  1. Kalium Permanganat (Dirjen POM : 1979)
                  Nama resmi          : Kalii permanganas
                  Nama lain             : Kalium permanganate
                  RM/BM                : KMnO4/158,03
                  Pemerian               : Hablur mengkilap, ungu tua atau hampir hitam,                               tidak berbau, sepat.
                  Kelarutan              : Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam
                                                 air mendidih
                  Kegunaan             : Sebagai titran

  1. Aquadest (Dirjen POM : 1979)
                  Nama resmi          : Aqua destilata
                  Nama lain             : Aquadest
                  RM/BM                : H2O/18,02
                  Rumus Struktur    : H        O         H
                  Pemerian               : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
                                                 tidak berasa
                  Kelarutan              :            Larut dalam etanol dan gliserol
                  Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
                  Kegunaan             : Sebagai pelarut

  1. Asam Sulfat (Dirjen POM : 1979)
      Nama resmi          ; Acidum sulfuricum
      Nama lain             : Asam sulfat
      RM/BM                : H2SO4/98,07
      Pemerian               : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna,
                                     bau sangat tajam
      Kelarutan              : Bercampur dengan air dan dengan etanol
                                     menimbulkan panas
      Kegunaan             : Sebagai pengasam sampel
      Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
  1. Natrium Oksalat (FI IV : 1995)
      Nama Resmi         : Natrii oksalat
      Nama Lain            : Natrium Oksalat
      RM/BM                : Na2C2O4 / 134,00
      Pemerian               : Serbuk hablur, putih.
      Kelarutan              : Murni pereaksi
      Kegunaan             : Sebagai bahan untuk membakukan KMnO4
      Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat 
  1. Aethanolum (Dirjen POM : 1979)
Nama resmi          : Ethanolum
Sinonim                : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus molekul    : C2H6O
Rumus struktur    :          

Berat molekul       : 46,07
Pemerian              : Cairan tidak berwarna, jernih , mudah menguap
dan mudah bergerak ; bau khas rasa panas, mudah  
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
  dan dalam eter P
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
  ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan             : sebagai zat tambahan, juga dapat
membunuh kuman serta dapat mematikan dan 
menghambat pertumbuhan jamur
BAB III
METODE KERJA

III.1.    Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
  1. Alumunium foil
       Fungsinya : untuk menutup dan membungkus wadah.
  1. Asbes
       Fungsinya : sebagai tempat meletakkan suatu wadah larutan yang akan dipanaskan dan membatasi api dan suatu wadah larutan supaya tidak bersentuhan secara langsung.
  1. Batang pengaduk
       Fungsinya : untuk mencampurkan/mengaduk larutan.
  1. Botol
       Fungsinya : sebagai wadah untuk menampung larutan KMnO4.
  1. Bunsen
       Fungsinya : sebagai sumber api untuk memanaskan larutan.
  1. Buret
       Fungsinya : alat untuk menempatkan larutan penitrasi.
  1. Corong
       Fungsinya : untuk memperluas permukaan agar larutan yang dituang tidak tumpah.
  1. Gelas kimia
       Fungsinya : sebagai wadah untuk mengukur volume larutan dengan ketelitian yang rendah.
  1. Gelas ukur
       Fungsinya : untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan.
  1. Glass wool
       Funginya  : untuk menyaring larutan KMnO4
  1. Kaki tiga
       Fungsinya : sebagai tempat meletakkan kasa penangas air.
  1. Kertas Perkamen
       Fungsinya : sebagai wadah sediaan kering.
  1. Labu Erlenmeyer
       Fungsinya : sebagai wadah atau tempat larutan yang akan dititrasi.
  1. Neraca analitik
       Fungsinya : untuk menimbang bahan-bahan kimia.
  1. Pipet volum
       Fungsinya : untuk mengambil dan mengeluarkan larutan dengan ketelitian yang tinggi.
  1. Sendok tanduk
       Fungsinya : untuk mengambil bahan kimia.
  1. Statif dan klem
       Fungsinya : sebagai alat untuk menahan dan menjepit buret selama proses titrasi berlangsung.
  1. Tissu
       Fungsinya : membersihkan alat yang akan digunaan.

III.1.2. Bahan
  1. Alkohol
  2. Aquades
  3. Sifat Fisika
Berat molekul           :    18.0153 g/mol
Titik leleh                 :    70C
Titik didih                :    1000 C
Berat jenis                :    0.998 g/cm3
  1. Sifat Kimia
    1. FeSO4
    2. H2O2
    3. H2SO4
    4. KMnO4
    5. Na2C2O3

III.2.    Cara Kerja
III.2.1. Pembuatan larutan baku KMnO4 0,1 N
  1. Disiapkan alat dan bahan
  2. Ditimbang  Kalium permanganat 0,1 N sebanyak 0,825 g, lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia
  3. Diarutkan dengan air suling sampai 250 ml.
  4. Dipanaskan larutan selama 15-30 menit dan ditutup dengan aluminium foil supaya larutan tidak terkena sinar matahari.
  5. Didinginkan pada suhu kamar
  6. Disaring menggunakan corong yang diberi glasswoll/ kertas saring
  7. Ditampung dengan botol yang telah diberi asam kromat.

III.2.2. Pembakuan larutan baku KMnO4 0,1 N dengan Natrium oksalat
  1. Disiapkan alat dan bahan
  2. Ditimbang natrium oksalat 40 mg dan dimasukkan ke dalam gelas kimia
  3. Dilarutkan dengan air suling sebanyak 50 ml, lalu ditambahkan asam sulfat 1,4 ml.
  4. Dipanaskan pada suhu 700 C.
  5. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N yang sudah ada pada buret.
  6. Diaduk secara tetap hingga muncul warna merah muda yang tahan selama 15  detik (suhu titrasi tidak boleh kurang dari 60º)
  7. Dilihat dan dicatat volume titrasi untuk digunakan dalam perhitungan  normalitasnya.


III.2.3. Penetapan kadar FeSO4
  1. Disiapkan alat dan bahan
  2. Ditimbang FeSO4 1 g dan dimasukkan ke dalam gelas kimia
  3. Dilarutkan dengan air suling sebanyak 25 ml, lalu ditambahkan asam sulfat 25 ml.
  4. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N yang sudah ada pada buret sampai timbul warna merah muda yang tetap.
  5. Dicatat volume titrasi.
     
















BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1.    Gambar
             



              Gambar 1. Pembuatan KMnO4









                Gambar 2. Pembakuan KMnO4 dengan             Gambar 3. Penetapan kadar FSO4
                    natrium oksalat






IV.2     Tabel Pengamatan
           

Volume titran
(mL)
Volume titrat
(mL)
Normalitas titrat
(N)

Pembakuan  

Penetapan kadar


5,3

38,7

50

50

0,1

0,1
           
IV.3.    Perhitungan
1. Normalitas Na2C2O4
v Cara 1
Dik : V1 Na2C2O4  5.3 ml
         V2 KMnO4     50 ml
         N2 KMnO4   0.1 N
Dit : N1 Na2C2O4  ……?
Penyelesaian :
V1  N1  V2  N2
5.3  N1  50  0.1
      N1  
              = 0.943 N
v Cara 2
Dik : V1 Na2C2O4  5.3 ml
     V2 KMnO4     50 ml
     N2 KMnO4   0.01 N
Dit : N1 Na2C2O4  ……?
Penyelesaian :
V1  N1  V2  N2
5.3  N1  50  0.01
  N1  
         = 0.094 N
2. Normalitas FeSO4
  Dik : V1  = 38.7 ml
              V2 = 50 ml
              N2 = 0.1 N
Dit : N1  =…..?
Penyelesaian :
V1  N1  V2  N2
38.7  N1 50  0.1
        N1  
               = 0.129 N
3. % Kadar FeSO4
Dik :   Vtitran = 38.7 ml
                   Ntitran = 0.1 N
                   BE = 39.42
     Vol. sampel = 50 ml
Dit : % kadar b/v FeSO4 =……?
Penyelesaian :
% kadar  =   0.305 %

IV.4.    Reaksi
IV.4.1 Reaksi Pembuatan KMnO4
4 KMnO4   +  2 H2O                4 KOH + 4 MnO2  +   3O2

IV.4.2 Reaksi Pembakuan dengan Natrium Oksalat
MnO4-  +  8 H+ + 5 e-                Mn2+ + 4 H2O     x 2
                        C2O4                        2 CO2 +  2              x 5

2 MnO4- + 16 H+ + 5 C2O4            2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2
Atau
5NaC2O4 + 2KMnO4  +  8H2SO4            2MnSO4 + 5Na2SO4 + K2SO4 +
                                                                10 CO2 + 8H2O

IV.4.3 Reaksi Penentuan Kadar FeSO4
2KMnO4  + 8H2SO4 + 10 FeSO4            2MnSO4 + 8H2O + 5 Fe2 (SO4)3
                                                                                     + K2SO4
















BAB V
PEMBAHASAN

V.1.     Pembuatan Larutan KMnO4
                        Pada praktikum kali ini, kita akan melakukan pembuatan larutan KMnO4 yang akan digunakan untuk membuat larutan baku KMnO4 dan menetapkan kadar FeSO4 untuk mengetahui normalitas dari Na2C2O4 dan FeSO4. Langkah yang pertama dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan alat-alat tersebut dibersihkan dengan alkohol. Selanjutnya, dimasukkan KMnO4 sebanyak 0.825 g ke dalam gelas kimia yang telah dibungkus dengan aluminium foil, agar KMnO4 tersebut tidak terkena sinar matahari yang akan menyebabkan terjadinya penguraian MnO2 dan terbentuk endapan (presipitat) berwarna coklat.
                        Selanjutnya, KMnO4 tersebut dilarutkan dengan air suling sebanyak 250 ml. Kemudian, dipanaskan selama 15 menit sampai mendidih dan ditutup dengan aluminium foil. Setelah itu, didinginkan pada suhu kamar. Kemudian, disaring dengan menggunakan kertas saring/ glass wool. Tujuan penyaringan ini, yaitu untuk memisahkan endapan yang terbentuk dari larutan KMnO4. Kemudian, larutan KMnO4 tersebut ditampung didalam botol coklat yang telah dicuci dengan alkohol, agar botol tersebut bebas dari senyawa-senyawa pengganggu lainnya. Penyimpanan larutan KMnO4 didalam botol coklat dimaksudkan agar cahaya matahari tidak menembus ke dalam botol.
                        Adapun reaksi yang terjadi pada saat pembuatan larutan KMnO4, yaitu:
                        4 KMnO4   +  2 H2O                4 KOH + 4 MnO2  +   3O2


V.2.     Pembakuan
                        Setelah larutan KMnO4 dibuat, selanjutnya larutan tersebut dibakukan dengan menggunakan natrium oksalat (Na2C2O4). Penggunaan natrium oksalat ini karena natrium oksalat merupakan bahan pembakuan yang baik untuk membakukan KMnO4 dan dapat diperoleh dalam keadaan yang murni.. Reaksi ini dapat dilakukan tanpa penambahan indikator, karena KMnO4 yang merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat mampu bertindak sebagai indikator. Oleh karena itu pada reaksi ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dilakukan titrasi.
                        Langkah yang pertama dilakukan, yaitu ditimbang  40 mg Na2C2O4 dan dilarutkan dalam 50 ml air. Setelah itu, dicampur dengan 1.4 ml H2SO4 untuk menjaga konsentrasi ion hidrogen yang tetap dalam larutan titrasi, untuk mencegah pembentukan mangan dioksida dan mencukupi kebutuhan ion hidrogen mereduksi permanganat (Wunas, Y : 2011).
                        Selanjutnya, larutan tersebut dipanaskan sampai pada suhu 70. Hal ini karena reaksi akan berjalan lambat dalam suhu ruangan sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai 70° C (suhu tidak boleh kurang dari 60). Namun pada suhu yang lebih tinggi, reaksi mulai melambat, tetapi kecepatannya meningkat saat ion Mn2+ terbentuk.
                        Setelah itu, dititrasi dengan KMnO4 secara perlahan-lahan dan diaduk secara tetap sampai timbul warna merah muda selama 15 detik. Titrasi dihentikan saat titrat yang tak berwarna berubah menjadi merah muda. Warna ungu tua ion permanganat menjadikan permanganat sendiri sebagai indikator. pada titrasinya. Satu tetes berlebih sudah dapat menghasilkan warna yang terang pada titik akhir titrasi.
                        Adapun reaksi yang terjadi pada pembakuan ini, yaitu :
MnO4-  +  8 H+ + 5 e-                Mn2+ + 4 H2O     x 2
                        C2O4                        2 CO2 +  2              x 5

2 MnO4- + 16 H+ + 5 C2O4            2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2
Atau
5NaC2O4 + 2KMnO4  +  8H2SO4            2MnSO4 + 5Na2SO4 + K2SO4 +
                                                                10 CO2 + 8H2O



V.3.     Penetapan Kadar FeSO4
                        Penetapan kadar FeSO4 dilakukan dengan melarutkan 1 g FeSO4 dengan 25 ml H2SO4 dan 25 ml air. Setelah itu, dititrasi dengan KMnO4 sampai timbul warna merah muda yang tetap.
                        Adapun sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti Na2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan Na2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+¬. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti Na2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan Na2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.




BAB VI
PENUTUP

VI.1. Kesimpulan
  1. Kadar FeSO4 yang terkandung dalam sampel adalah sebesar 0,305 %.
  2. Normalitas dari Na2C2O3 adalah 0.943 N dengan menggunakan 0.1 N KMnO4 dan 0.094 N Na2C2O3 dengan menggunakan 0.01 KMnO4.
  3. Normalitas dari FeSO4 adalah 0.129 N

VI.2.    Saran
                  Dalam hal ini diharapkan kepada praktikan selanjutnya supaya :
  1. Lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan titrasi.
  2. Untuk menghindari terkontaminasinya larutan KMnO4, diusahakan agar           percobaan lebih cepat dilaksanakan
  3. Menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi .
  4. Teliti melihat dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret.











DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009a. Permanganonetri. (online) (http//-www.wikipedia.org.  diakses 9 September 2009
Anonim. 2009b. Permanganometri. (online) (http//-www.medicafarma.com diakses 9 September 2009
Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
            Penerbit Buku Kedokteran EGC
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Gandjar, I.G dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Svehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : Kalman Media Pustaka..
Wunas, Y dan S, Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi kedua). Makassar : Universitas Hasanuddin
LAMPIRAN
Skema kerja
Pembuatan Kalium Permanganat 0,1 N







                                                                                          Dilarutkan dalam labu
                                                                                          Dipanaskan selama 15 menit, kemudian                                                                                                ditutup labu
                                                                                          Dibiarkan selama 2 hari
                                                                                          Disaring melalui asbes


Pembakuan KMnO4 0,

Penetapan kadar FeSO­4